Ihram adalah salah satu elemen terpenting dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Namun, lebih dari sekadar pakaian putih tanpa jahitan atau larangan-larangan khusus, ihram memiliki sejarah yang dalam dan makna spiritual yang luas. Memahami sejarah ihram tidak hanya membantu jemaah menghayati ibadahnya dengan lebih khusyuk, tapi juga memperkuat pemahaman terhadap esensi kesederhanaan, kesetaraan, dan penyerahan diri kepada Allah SWT.
Apa Itu Ihram?
Secara bahasa, “ihram” berasal dari kata harama yang berarti “menjadikan sesuatu haram atau terlarang.” Dalam konteks ibadah haji dan umrah, ihram adalah niat masuk ke dalam keadaan suci untuk melaksanakan rangkaian ibadah tertentu, yang ditandai dengan mengenakan pakaian khusus dan menjauhi larangan-larangan tertentu. Bagi laki-laki, pakaian ihram terdiri dari dua helai kain putih tanpa jahitan, sedangkan perempuan mengenakan pakaian yang menutupi seluruh tubuh tanpa berhias berlebihan.
Namun, bagaimana sebenarnya sejarah ihram bermula dalam Islam? Dan bagaimana praktik ini berkembang seiring waktu?
Asal-Usul Sejarah Ihram dalam Tradisi Islam
Sejarah ihram dapat ditelusuri jauh sebelum datangnya Islam. Menurut banyak riwayat, praktik ihram sudah dikenal sejak zaman Nabi Ibrahim AS. Dalam tradisi tersebut, ketika beliau bersama anaknya, Nabi Ismail AS, membangun Ka’bah, mereka juga menetapkan tata cara haji, termasuk simbol kesucian yang kemudian dikenal sebagai ihram. Hal ini tertuang dalam Al-Qur’an, surah Al-Hajj ayat 27:
“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan dengan mengendarai unta yang kurus…”
Dalam sejarahnya, masyarakat Arab pra-Islam (jahiliyah) juga memiliki tradisi ihram. Mereka menyucikan diri dan mengenakan pakaian tertentu ketika memasuki wilayah suci Makkah, meskipun banyak di antara praktiknya yang tercampur dengan kesyirikan atau penyimpangan. Setelah Islam datang, Nabi Muhammad SAW meluruskan dan menyempurnakan tata cara ihram berdasarkan wahyu, sehingga menjadi bagian dari rukun haji yang sah.
Filosofi dan Makna Ihram dalam Islam
Seiring dengan sejarahnya, ihram bukan sekadar simbol atau formalitas. Ia mengandung filosofi yang sangat kuat:
- Kesederhanaan dan Kesetaraan: Dengan mengenakan pakaian yang seragam dan sederhana, semua jemaah — kaya atau miskin — menjadi sama di hadapan Allah. Tidak ada perbedaan status sosial, warna kulit, atau kebangsaan.
- Kesucian dan Fokus Spiritual: Dalam keadaan ihram, seseorang dilarang melakukan hal-hal tertentu seperti berburu, mencabut rambut, atau bertengkar. Ini mencerminkan ajakan untuk menjauhkan diri dari duniawi dan mendekatkan hati kepada Allah SWT.
- Kesiapan untuk Menghadap Allah: Ihram sering disebut sebagai simbol kain kafan. Hal ini mengingatkan manusia bahwa hidup ini fana dan pada akhirnya kita akan kembali kepada Allah dalam keadaan tanpa harta, tanpa status, hanya dengan amal perbuatan.
Perkembangan Praktik Ihram di Masa Kini
Seiring perkembangan zaman dan meningkatnya jumlah jemaah haji dan umrah dari seluruh dunia, sistem dan tata cara ihram pun semakin terstandarisasi. Meskipun begitu, prinsip dasarnya tetap sama seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW: niat yang benar, kesederhanaan, dan kepatuhan terhadap peraturan syariat.
Saat ini, ihram tidak hanya menjadi bagian dari ibadah ritual, tetapi juga telah menjadi simbol global umat Islam yang menunjukkan persatuan, kedamaian, dan penghambaan total kepada Allah SWT.
Menghayati Sejarah Ihram untuk Memaknai Ibadah Lebih Dalam
Mempelajari sejarah ihram bukan hanya soal mengetahui asal-usul pakaian putih yang dikenakan jemaah haji, tetapi juga menggali nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya. Ihram adalah titik awal perjalanan ibadah menuju Allah, yang menuntut kesucian lahir dan batin.
Dengan memahami sejarah dan makna ihram, setiap Muslim diharapkan mampu lebih menghayati proses ibadah haji dan umrah—baik melalui jalur reguler maupun paket haji khusus—sebagai perjalanan ruhani yang memurnikan hati, memperkuat iman, dan mengembalikan makna kesucian di hadapan Allah SWT.








